Rabu, 12 November 2014

MISTERI PRASASTI DOLOK TOLONG, BALIGE - TOBASA

MISTERI PRASASTI DOLOK TOLONG, BALIGE - TOBASA


Tidak banyak literatur yang membahas eksistensi prasasti Dolok Tolong di Balige-Kab. Toba Samosir-Prov. Sumut ini. Seperti prasasti dan inskripsi lain yang berada di Tanah Batak di Tapanuli, prasasti Dolok Tolong seakan tenggelam dengan eksistensi ribuan prasasti di Indonesia. Walaupun prasasti ini tidak akan berpengaruh besar terhadap sejarah Indonesia secara keseluruhan, namun diyakini keanehan tetap ada karena prasasti ini tepat berada di sekitar jantung Tanah Batak, bahkan Balige merupakan pusat perdagangan kerajaan Batak sejak dahulu kala dengan istilahnya “Onan Bolon”.

Di Onan Bolon inilah berbagai bentuk hukum dan konstitusi diamandemen dengan keterlibatan langsung rakyat dan masyarakat yang juga memanfaatkan onan sebagai pusat transaksi dagang yang memang menjadi tujuan utama.

Prasasti Dolok Tolong ini seakan menjelaskan sekali lagi pluralisme masyarakat Tapanuli dan Batak yang menjadi cikal bakal budaya toleransi dan tenggang rasa yang tinggi yang dianut oleh setiap orang Tapanuli sampai sekarang ini. Sikap itu tampak dari bentuk pemikiran yang terbuka atas segala bentuk ide dan konsep. Tentunya, terdapat juga kemungkinan adanya bagian kecil orang Batak yang berpikiran picik seperti halnya di berbagai tempat lainnya di Indonesia.

Tapanuli, seperti halnya daerah lain di Indonesia, merupakan daerah yang juga banyak mendapat pengaruh dari dunia luar. Beberapa manuskrip kuno seperti Sejarah Raja-raja Barus, Hikayat Raja Tuktung, Hikayat Hamparan Perak dan lain sebagainya, banyak menceritakan struktur masyarakat dan sosial Batak di zaman dahulu. Baik itu penjelasan mengenai saat-saat pembentukan sistem hukum dan perundangan-undangan maupun penjelasan mengenai peran orang Batak sebagai penyebar agama Islam di sekitar daerah yang sekarang menjadi bagian dari Prov. Sumatera Utara.

Dari berbagai manuskrip itu didapat sejarah Kerajaan Balige di tahun 1500-an yang saat itu diperintah oleh putra bungsu dari Si Raja Hita, putera Sisingamangaraja I yang menghilang dari Bakkara. Abang sulung dari Raja Balige tersebut bernama Guru Patimpus, seorang Raja dan Ulama, yang kemudian bermigrasi ke pesisir Timur Sumatera. Dia, yang memiliki anak-anak yang hafizd al-Qur’an, dikenal sebagai pendiri Kota Medan di tahun 1590.

Selain bukti sejarah tersebut, eksistensi prasasti Dolok Tolong diyakini merupakan bukti utama atas persinggungan budaya Batak dengan peradaban Hindu dan Buddha di Indonesia.

Menurut berbagai literatur yang secara terpecah-pecah menyinggung bukti sejarah ini, prasati ini merupakan prasasti atas eksistensi orang Majapahit di Tanah Batak. Saat itu, pasukan marinir Majapahit mengalami kekalahan pahit di Selat Malaka. Melalui sungai Barumun mereka menyelamatkan diri ke daratan Sumatera sampai ke suatu daerah di Portibi. Di sana, mereka dicegat masyarakat sehingga membuat mereka terpaksa melanjutkan pelarian sampai ke Bukit Dolok Tolong di Balige. Di Gunung inilah mereka meminta suaka politik kepada seorang Raja di tempat dari sub-rumpun marga Sumba (Isumbaon) yang saat itu menguasai wilayah tersebut.

Dolok Tolong, yang juga dikenal dengan nama Tombak Longo-longo Sisumbaon, ini merupakan sebuah pegunungan yang lumayan tinggi, dari puncaknya pandangan dapat di arahkan ke tanah Asahan, Labuhan Batu dan Angkola Sipirok dengan pemandangan yang sangat mempesona.

Diceritakan, seorang Pangeran yang mempimpin pelarian tersebut akhirnya memerintahkan untuk membuat prasasti tersebut sebagai sebuah hasil penjanjian dengan Raja dari marga Sumba tersebut dimana mereka diijinkan untuk tinggal di wilayah itu.

Pendapat lain mengatakan bahwa Pangeran tersebut juga menikahkan seorang putri yang ikut dalam rombongan pelarian kepada seorang raja Batak di tempat. Putri tersebut bernama Si Boru Baso Paet. Ada yang menafsirkan bahwa Si Boru Baso Paet sebenarnya merupakan perusakan kata dari Si Boru Majapahit yang artinya Srikandi Majapahit.

Lebih jauh lagi ada pula yang mengatakan bahwa Si Boru Baso Paet itulah yang menjadi nenek moyang orang Batak. Namun keterangan ini menjadi membingungkan karena eksistensi orang Batak di berbagai literatur telah ada berabad-abad sebelumnya dan bahkan ada pada abad ke-2 M telah berinteraksi dengan pelaut asing seperti yang diceritakan oleh Ptolemeus, tapi dengan nada negatif.

Tapi bila dilihat dari nama penamaan tempat itu oleh orang setempat, Tombak Longo-longo Sisumbaon, ada kemungkinan bahwa bukit tersebut merupakan pusat religi kaum animisme dan paganisme Batak dahulu kala. Arti harfiah dari kalimat tersebut adalah Hutan Rimba Yang Menjadi Tempat Persembahan. Eskistensi nama tempat ini sepertinya mirip dengan nama Dolok Partangisan di sebuah daerah antara Dolok Sanggul dan Tele yang merupakan tempat tradisional untuk memberikan sesajen berupa manusia (korban) untuk memuja roh atau dikenal dengan istilah mamele begu.

Yang sangat disayangkan adalah tidak adanya sebuah penelitian yang menyeluruh atas apa isi dan arti sebenarnya dari tulisan atau tanda yang terdapat di prasasti tersebut. Bukan tidak mungkin, selain dari dugaan kedatangan orang Majapahit, sebenarnya terdapat bentuk kebudayaan di Balige yang selama ini tidak dikenal. Atau kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Tentu yang paling disayangkan lagi adalah rendahnya peran pemerintah daerah dalam menghormati eksistensi bukti-bukti sejarah ini. Padahal tidak sedikit dana APBD dikucurkan untuk membangun objek-objek wisata, konvensional maupun rohani, yang tampaknya sangat berlebihan dan terkesan mubazir serta tidak produktif. Pemerintah seharusnya tidak terjebak dalam sebuah kebijakan yang malah menghilangkan nilai-nilai pluralisme budaya dan adat.

Bukan tidak mungkin apabila prasasti ini dapat diungkap lebih mendalam lagi, banyak kearifan lokal yang banyak diambil hikmahnya oleh generasi muda sekarang ini.

TAROMBO RAJA NAIRASAON

TAROMBO RAJA NAIRASAON 

 

sebagai bahan informasi mengenai partaromboan ni Pomparan ni oppui RAJA NAIRASAON untuk kalangan remaja yang belum tau mengenai partuturon terhadap pomparan ni RAJA NAIRASOAN.

brikut sekilas mengenai tarombo RAJA NAIRASAON :

SIRAJA BATAK, memiliki 2 orang putra, yaitu :
1. GURU TATEA BULAN
2. RAJA ISUMBAON


RAJA ISUMBAON, memiliki 3 orang putera, yaitu :
1. TUAN SORIMANGARAJA
2. SIRAJA ASI-ASI
3. SANGKAR SOMALINDANG


TUAN SORIMANGARAJA, memiliki 3orang istri dan 3 orang putera, yaitu :
1. TUAN SORIMANGARAJA/SIBORU ATING MALELA----->SORBA DIJULU
2. TUAN SORIMANGARAJA/SIBORU BIDING LAUT------->SORBA DIJAE
3. TUAN SORIMANGARAJA/SIBORU SANGGUL HAOMASAN--->SORBA DIBANUA


SORBADIJAE/DATU PEJEL

sorbadijae adalah nama pemberian waktu dia lahir, dan karena pintar dalam hal pertabitan atau hadatuon maka sorbadijae dijuluki denga sebutan datu pejel. dan nama pemberian ini lah yang lebih akrab dipanggil yaitu datu pejel.

DATU PEJEL mulanya bertempat tinggal di daerah pusuk buhit di di derah limbongan. Datu Pejel datang ke Porsea tepatnya di Uluan Sibisa sembari untuk bertapa dan melepaskan hobinya yaitu marultop. Di sibisa Datu Pejel lama tidak memiliki istri, sehingga dia memohon kpd mula jadi nabolon (tuhan nya orng batak dahulu)supaya diberi istri, tidak lama kemudian mula jadi nabolon pun memenuhi permintaan datu pejel dan ia diberi istri yang bernama TANTAN DEBATA, konon katanya TANTAN DEBATA ini dijadikan mula jadi nabolon dari seekor kodok/sibagur.

dan menurut cerita si boru tantan debata ini juga memelihara se ekor sibagur/kodok yang besar sehingga anaknya lahir seperti kodok dan dinamai SI RASAON.

SIRASAON artinya songon sibagur ( seperti kodok )

sesudah besar SIRASAON mengambil boru tulangnya yang berasal dari daerah pusuk buhit kampung halaman DATU PEJEL sebelum dtang ke sibisa yaitu limbong sebagai istrinya.

Pendek ceritai istri SIRASAON juga melahirkan 1 balutan ( dalam bahasa kedokteran kista )

namun balutan itu tidak dapat dibelah dengan benda tajam apapun, sehingga membuat oppung doli datu pejel membuang balutan ini ke ke pansur Napitu, melihat sikap datu pejel yang membuang balutan itu maka oppung boru tantan debata sangat geram dan emosi kepada oppung doli datu pejel sehinnga oppung boru kita bersumpah kepada oppung doli katanya " tung sojadi ma mardomu tanomam mu dohot tanoman ku" artinya bahwa kuburan datu pejel tidak dapat bersatu dengan kuburan tantan debata, dan ini pun memang betul terbukti

Setelah itu oppung boru pun mencari balutan itu kehutan, akhirnya ia mendapatkannya dan melihat 2 bayi mungil sedang menangis. Karena dari 1 balutan isinya ada 2 orang anak laki-laki maka oppung boru TANTAN DEBATA menamai kedua bayi itu dengan sebutan RAJA MARDOPANG.

RAJA MARDOPANG artinya bercabang

Kedua bayi itu diberi nama :
1. RAJA MANGATUR (yang berada di sebelah kiri balutan)
2. RAJA MANGARERAK (yang ada di sebelah kanan)

RAJA MANGATUR anaknya SITORUS, SIRAIT, dan BUTARBUTAR

RAJA MANGARERAK anaknya MANURUNG


Raja Mangatur beristri Deak Bintang Harugasan br Sagala anaknya 3

1. Raja Toga Sitorus beristri Pinta Omas Palangki br Sagala anaknya 3.
. Pane
. Dori
. Boltok

2. Raja Toga Sirait beristri Manotalan br Limbong anaknya 2
. Sirait Siahaan
. Sirait Siagian

3. Butarbutar beristri Ragi Oloan Br Sinaga anaknya 3
. Simananduk
. Simananti
. Huta Gorat

Raja Mangarerak anaknya 1.Dan Putrinya 1

1. Raja Toga Manurung anaknya 3.
. Hutagurgur.
. Hutagaol.
. Simanoroni.

Putri Raja Mangarerak :
. Boru Similingiling

PADAN SIMAMORA DENGAN MANURUNG (Hutagurgur)

 PADAN SIMAMORA DENGAN MANURUNG (Hutagurgur)




Tuan Sogar adalah keturunan Manurung si Hutagurgur dari Janjimatogu, anak ke 6 dari Raja Mangatur Manurung Generasi ke 5 dari Raja Toga Manurung. Konon suatu ketika Raja Marbulang keturunan Debata Raja Simamora yang telah meninggal dunia dan mempunyai istri yang menjadi janda.

Suatu ketika istri Raj Marbulang sakit keras dan belum ada seorangpun yang dapat mengobatinya.Tersiarlah bahwa Tuan sogar adalah seorang ahli hadatuon dan dapat mengobati, sehingga dicarilah beliau dan dapat mengobatinya tetapi dia meminta setelah sembuh maka Tuan Sogar akan memperistri Janda Raja Marbulang, maka sepakatlah Pihak keluarga Raja Marbulang dan pihak Parboru. Sehingga resmilah janda Raja Marbulang dipersunting Tuan Sogar dan lahir seorang anak yaitu Nahum Dimana. Namun karena Tuan Sogar hobi menngembara, Maka Nahum Dimana diresmikan Marga Simamora yang mana tetap sedarah dengan Manurung.

Dalam kondisi sudah tua Tuan Sogar mendatangi anaknya dan beliau meninggal di Dolok sanggul. Konon Pusara Tuan Sogar ada tumbuh Pohon Haiara dimana dahan dan rantingnya condong ke arah Porsea Janjimatogu. Demikian lah hubungan Manurung dengan Simamora Debata Raja. Dan melalui Blog ini dihimbau kepada Manurung / Boru Manurung agar menghindari perkawinan dengan Simamora, karena kita bersaudara.

Disini ada sekilas tarombo Simamora :
I.      Toga Simamora
II.     1.  Purba ; 2. Manalu ; 3. Debataraja
III.     Sunggu Marpasang
IV.     1. Babiat Naingol; 2. Sampe Tua; 3. Marbulang
V.      1. Nasiat Najongjong; 2. Nahum Dimana; 3. Pangalengge
VI.     1. Guru Sabungan; 2. Tuan Sogar; 3. Guru Manurbing; 4. Raja Paimaon; 5. Girsang Matabun; 6. Lae Sabungan

PADAN TAMBA (Raja Humuntor) dengan MANURUNG (Hutagurgur)

 PADAN TAMBA (Raja Humuntor) dengan MANURUNG (Hutagurgur)


Raja Mangarerak /Br Hutahot mempunyai 1.anak yaitu R.Toga Manurung dan 1. Putri Br similingiling,  sedang R.Mangatur kawin dengan Br Harugasan Sagala dan punya anak 3 orang,
1. Raja Sitorus
2. Raja Sirait
3. Raja Butarbutar

R.Manurung kawin dengan Ampuljulu putri Sariburaja II (Pasaribu) dan Br si Sumaing juga br Pasaribu. R.Toga Manurung anaknya 3 dan putrinya 2 orang.
Anaknya :
1. Raja Hutagurgur
2. Raja Hutagaol
3. Raja Manoroni

Borunya :
Raja Toga Manurung Br Pintahaomasan kawin kepada RajaTambun dan Anian Nauli kawin kepada Raja Turi.

Raja Hutagurgur anaknya 4
1. Banualuhung
2. Batunanggar
3. Torpaniaji
4. Parpinggollobilobi di Simalungun/Manik.

Banualuhung anaknya 2 orang
1. Patuanjong
2. Raja Mangatur

Raja Mangatur Manurung kawin dengan Nantiraja br Rumapea.
Raja Mangatur anaknya 7
1. Purajanaualu
2. Patubanban
3. Ompuniunggul
4. R.Sijambang
5. Sompaoloan
6. Tuansogar
7. R.Humuntor gabe marga Tamba dan gantinya Boru Napuan (boru Ni Tamba/boru Rumapea) sehubungan Tuan Sogar (R. Mangatur boru Rumapea generasi ke VI Nairasaon) marpariban dengan Tamba/br Rumapea.

R.Mangatur Manurung Generasi VI dari Nairasaon atau Generasi IV dari R.Manurung marpariban dengan Tamba kira-kira generasi yang sama dengan Raja Mangatur generasi VI yaitu generasi ke 6 Naiambaton atau generasi ke 5 Raja Tamba Tua . R.Mangatur Manurung/Nantiraja Br Rumapea dan Tamba/Nantimalela Br Rumapea.Dalam kisahnya R.Mangatur punya 7,org anak laki-laki dan demikian juga Tamba tersebut punya putri tanpa ada anak laki-laki. Timbul kesepakatan mereka bertukar dimana anak si R.Mangatur yang namanya R.Humuntor dijadikan anaknya Tamba dan putri Napuan Tamba dijadikan putri R.Mangatur Manurung dari saat itu resmilah R.Humuntor marga Tamba dan Boru Napuan jadi Br Manurung yang kawin dengan Marga Damanik.

Banyak yang mengira Padan ini terjadi antara Tamba dengan Manurung Simanoroni, namun bila dilihat dari Turi-turian sesungguhnya yang berpadan adalah Tamba dengan Manurung Hutagurgur. Namun diperkirakan Tamba yang marpadan dengan Manurung Hutagurgur ini adalah Tamba Sitonggor, namun masih ditelusuri silsilahnya dimanakah posisi Raja Humuntor dalam tarombo Tamba Tua. Namun oleh karena padan ini, membuat hampir marga Tamba pun berpadan dengan Manurung, apabila semua marga Tamba marpadan dengan Manurung, maka marga manjae Tamba Tua pun haruslah marpadan dengan Manurung Hutagurgur karena marga manjae Tamba Tua adalah satu saudara dengan Tamba, dan lebih dekat hubungan Tamba Sitonggor dengan Siallagan dan Turnip dibandingankan Tamba Sitonggor dengan Tamba Lumban Toga-tonga dan Tamba Lumban Toruan, karena Tamba Sitonggor Siallagan dan Turnip masih lebih dekat, yaitu satu bapa Marria Raja. Begitu juga dengan Tamba Lumban Tonga-tonga yang lebih dekat dekat Si Opat Ama (Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok) karena satu bapa Tuan Lumban Tonga-Tonga, begitu juga dengan Tamba Lumban Toruan dengan Ronatio (Rumahorbo, Napitu, Sitio) serta Sidauruk, namun semuanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sampai kapanpun hingga ke atas satu bagian Pomparan Raja Naiambaton.

Jadi, padan Tamba dengan Manurung terjadi di masa Raja Humuntor anak ni Raja Mangarerak Manurung generasi ke VI Nairasaon menjadi anak ni Tamba/boru Rumapea dan Napuan boru Tamba menjadi boru ni Raja Mangatur Manurung.

PERKEMBANGAN MARGA- MARGA BATAK

PERKEMBANGAN MARGA- MARGA BATAK




SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu :

1. GURU TATEA BULAN.

2. RAJA ISOMBAON.

GURU TATEA BULAN

Dari istrinya yang bernama SI BORU BASO BURNING, GURU TATEA BULAN memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

- Putra :

a. SI RAJA BIAK-BIAK, pergi ke daerah Aceh.

b. TUAN SARIBURAJA.

c. LIMBONG MULANA.

d. SAGALA RAJA.

e. MALAU RAJA.

-Putri :

a. SI BORU PAREME, kawin dengan TUAN SARIBURAJA.

b. SI BORU ANTING SABUNGAN, kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA, putra RAJA ISOMBAON.

c. SI BORU BIDING LAUT, juga kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA.

d. SI BORU NAN TINJO, tidak kawin (banci).

TATEA BULAN artinya "TERTAYANG BULAN" = "TERTATANG BULAN".

RAJA ISOMBAON (RAJA ISUMBAON)

RAJA ISOMBAON artinya RAJA YANG DISEMBAH. Isombaon kata dasarnya somba (sembah).

Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar :

a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.

b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.

SARIBURAJA dan Marga-marga Keturunannya

SARIBURAJA adalah nama putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).

Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest. Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA, dan MALAU RAJA, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu dengan dia.

SARIBURAJA datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan SI BORU PAREME di dalam hutan. SI BORU PAREME melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.

Dari istrinya sang harimau, SARIBURAJA memperoleh seorang putra yang diberi nama SI RAJA BABIAT. Di kemudian hari SI RAJA BABIAT mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga BAYOANGIN.

Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, SARIBURAJA berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

SI RAJA LONTUNG

Putra pertama dari TUAN SARIBURAJA. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :

- Putra :

a. TUAN SITUMORANG, keturunannya bermarga SITUMORANG.

b. SINAGA RAJA, keturunannya bermarga SINAGA.

c. PANDIANGAN, keturunannya bermarga PANDIANGAN.

d. TOGA NAINGGOLAN, keturunannya bermarga NAINGGOLAN.

e. SIMATUPANG, keturunannya bermarga SIMATUPANG.

f. ARITONANG, keturunannya bermarga ARITONANG.

g. SIREGAR, keturunannya bermarga SIREGAR.

- Putri :

a. SI BORU ANAKPANDAN, kawin dengan TOGA SIHOMBING.

b. SI BORU PANGGABEAN, kawin dengan TOGA SIMAMORA.

Karena semua putra dan putri dari SI RAJA LONTUNG berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama LONTUNG SI SIA MARINA, PASIA BORUNA SIHOMBING SIMAMORA.

SI SIA MARINA = SEMBILAN SATU IBU.

Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang LUMBAN PANDE, LUMBAN NAHOR, SUHUTNIHUTA, SIRINGORINGO, SITOHANG, RUMAPEA, PADANG, SOLIN.

Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang SIMANJORANG, SIMANDALAHI, BARUTU.

Dari keturunan PANDIANGAN, lahir marga-marga cabang SAMOSIR, GULTOM, PAKPAHAN, SIDARI, SITINJAK, HARIANJA.

Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang RUMAHOMBAR, PARHUSIP, BATUBARA, LUMBAN TUNGKUP, LUMBAN SIANTAR, HUTABALIAN, LUMBAN RAJA, PUSUK, BUATON, NAHULAE.

Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang TOGATOROP (SITOGATOROP), SIANTURI, SIBURIAN.

Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang OMPU SUNGGU, RAJAGUKGUK, SIMAREMARE.

Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang SILO, DONGARAN, SILALI, SIAGIAN, RITONGA, SORMIN.

SI RAJA BORBOR

Putra kedua dari TUAN SARIBURAJA, dilahirkan oleh NAI MARGIRING LAUT. Semua keturunannya disebut marga BORBOR.

Cucu RAJA BORBOR yang bernama DATU TALADIBABANA (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

1. DATU DALU (SAHANGMAIMA).

2. SIPAHUTAR, keturunannya bermarga SIPAHUTAR.

3. HARAHAP, keturunannya bermarga HARAHAP.

4. TANJUNG, keturunannya bermarga TANJUNG.

5. DATU PULUNGAN, keturunannya bermarga PULUNGAN.

6. SIMARGOLANG, keturunannya bermarga SIMARGOLANG.

Keturunan DATU DALU melahirkan marga-marga berikut :

a. PASARIBU, BATUBARA, HABEAHAN, BONDAR, GORAT.

b. TINENDANG, TANGKAR.

c. MATONDANG.

d. SARUKSUK.

e. TARIHORAN.

f. PARAPAT.

g. RANGKUTI.

Keturunan DATU PULUNGAN melahirkan marga-marga LUBIS dan HUTASUHUT.

LIMBONG MULANA dan Marga-marga Keturunannya

LIMBONG MULANA adalah putra ketiga dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga LIMBONG. Dia mempunyai 2 orang putra, yaitu PALU ONGGANG dan LANGGAT LIMBONG. Putra dari LANGGAT LIMBONG ada 3 orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga SIHOLE dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga HABEAHAN. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu LIMBONG.

SAGALA RAJA

Putra keempat dari GURU TATEA BULAN. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga SAGALA.

LAU RAJA dan Marga-marga Keturunannya

LAU RAJA adalah putra kelima dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga MALAU. Dia mempunyai 4 orang putra, yaitu :

a. PASE RAJA, keturunannya bermarga PASE.

b. AMBARITA, keturunannya bermarga AMBARITA.

c. GURNING, keturunannya bermarga GURNING.

d. LAMBE RAJA, keturunannya bermarga LAMBE.

Salah seorang keturunan LAU RAJA diberi nama MANIK RAJA, yang kemudian menjadi asal-usul lahirnya marga MANIK.

TUAN SORIMANGARAJA dan Marga-marga Keturunannya

TUAN SORIMANGARAJA adalah putra pertama dari RAJA ISOMBAON. Dari ketiga putra RAJA ISOMBAON, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :

a. SI BORU ANTING MALELA (NAI RASAON), putri dari GURU TATEA BULAN.

b. SI BORU BIDING LAUT (NAI AMBATON), juga putri dari GURU TATEA BULAN.

c. SI BORU SANGGUL HAOMASAN (NAI SUANON).

SI BORU ANTING MALELA melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DJULU (OMPU RAJA NABOLON), gelar NAI AMBATON.

SI BORU BIDING LAUT melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DIJAE (RAJA MANGARERAK), gelar NAI RASAON.

SI BORU SANGGUL HAOMASAN melahirkan putra yang bernama TUAN SORBADIBANUA, gelar NAI SUANON.

NAI AMBATON (TUAN SORBA DJULU/OMPU RAJA NABOLON)

Nama (gelar) putra sulung TUAN SORIMANGARAJA lahir dari istri pertamanya yang bernama NAI AMBATON. Nama sebenarnya adalah OMPU RAJA NABOLON, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga NAI AMBATON menurut nama ibu leluhurnya.

NAI AMBATON mempunyai 4 orang putra, yaitu :

a. SIMBOLON TUA, keturunannya bermarga SIMBOLON.

b. TAMBA TUA, keturunannya bermarga TAMBA.

c. SARAGI TUA, keturunannya bermarga SARAGI.

d. MUNTE TUA, keturunannya bermarga MUNTE (MUNTE, NAI MUNTE, atau DALIMUNTE).

Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung) :

a. Dari SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.

b. Dari TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABOLAK, RUMAHORBO, NAPITU.

c. Dari SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, SIDABUNGKE.

d. Dari MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, SIGALINGGING.

Keterangan lain mengatakan bahwa NAI AMBATON mempunyai 2 orang putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING. SIMBOLON TUA mempunyai 5 orang putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN.

Walaupun keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.

Catatan mengenai OMPU BADA, menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung, OMPU BADA tersebut adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh.

Menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) bermarga GAJAH, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut :

a. MPU BADA ialah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.

b. Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (Enem = enam, Kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai SIENEMKODIN.

c. MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.

d. Lama sebelum SI RAJA BATAK bermukim di Pusuk Buhit, OMPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang trampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.

e. Keturunan MPU BADA menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK) : nama (gelar) putra kedua dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri kedua TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI RASAON. Nama sebenarnya ialah RAJA MANGARERAK, tetapi hingga sekarang semua keturunan RAJA MANGARERAK lebih sering dinamai orang NAI RASAON.

RAJA MANGARERAK mempunyai 2 orang putra, yaitu RAJA MARDOPANG dan RAJA MANGATUR. Ada 4 marga pokok dari keturunan RAJA MANGARERAK :

a. Dari RAJA MARDOPANG, menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga SITORUS, SIRAIT, dan BUTAR BUTAR.

b. Dari RAJA MANGATUR, menurut nama putranya, TOGA MANURUNG, lahir marga MANURUNG.

Marga PANE adalah marga cabang dari SITORUS.

NAI SUANON (TUAN SORBADIBANUA) : nama (gelar) putra ketiga dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri ketiga TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI SUANON. Nama sebenarnya ialah TUAN SORBADIBANUA, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai TUAN SORBADIBANUA.

TUAN SORBADIBANUA mempunyai 2 orang istri dan memperoleh 8 orang putra.

Dari istri pertama (putri SARIBURAJA) :

a. SI BAGOT NI POHAN, keturunannya bermarga POHAN.

b. SI PAET TUA.

c. SI LAHI SABUNGAN, keturunannya bermarga SILALAHI.

d. SI RAJA OLOAN.

e. SI RAJA HUTA LIMA.

Dari istri kedua (BORU SIBASOPAET, putri Mojopahit) :

a. SI RAJA SUMBA.

b. SI RAJA SOBU.

c. TOGA NAIPOSPOS, keturunannya bermarga NAIPOSPOS.

Keluarga TUAN SORBADIBANUA bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, TUAN SORBADIBANUA menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata SI RAJA HUTA LIMA terkena oleh lembing SI RAJA SOBU. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh TUAN SORBADIBANUA. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang 3 orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki gunung Dolok Tolong sebelah barat.

Keturunana TUAN SORBADIBANUA berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.

Keturunan SI BAGOT NI POHAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. TAMPUBOLON, BARIMBING, SILAEN.

b. SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL, NASUTION.

c. PANJAITAN, SIAGIAN, SILITONGA, SIANIPAR, PARDOSI.

d. SIMANGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU, PARDEDE.

Keturunan SI PAET TUA melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. HUTAHAEAN, HUTAJULU, ARUAN.

b. SIBARANI, SIBUEA, SARUMPAET.

c. PANGARIBUAN, HUTAPEA.

Keturunan SI LAHI SABUNGAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. SIHALOHO.

b. SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG.

c. SIRUMASONDI, RUMASINGAP, DEPARI.

d. SIDABUTAR.

e. SIDABARIBA, SOLIA.

f. SIDEBANG, BOLIALA.

g. PINTUBATU, SIGIRO.

h. TAMBUN (TAMBUNAN), DOLOKSARIBU, SINURAT, NAIBORHU, NADAPDAP, PAGARAJI, SUNGE, BARUARA, LUMBAN PEA, LUMBAN GAOL.

Keturunan SI RAJA OLOAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. NAIBAHO, UJUNG, BINTANG, MANIK, ANGKAT, HUTADIRI, SINAMO, CAPA.

b. SIHOTANG, HASUGIAN, MATANIARI, LINGGA, MANIK.

c. BANGKARA.

d. SINAMBELA, DAIRI.

e. SIHITE, SILEANG.

f. SIMANULLANG.

Keturunan SI RAJA HUTA LIMA melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. MAHA.

b. SAMBO.

c. PARDOSI, SEMBIRING MELIALA.

Keturunan SI RAJA SUMBA melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. SIMAMORA, RAMBE, PURBA, MANALU, DEBATARAJA, GIRSANG, TAMBAK, SIBORO.

b. SIHOMBING, SILABAN, LUMBAN TORUAN, NABABAN, HUTASOIT, SITINDAON, BINJORI.

Keturunan SI RAJA SOBU melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. SITOMPUL.

b. HASIBUAN, HUTABARAT, PANGGABEAN, HUTAGALUNG, HUTATORUAN, SIMORANGKIR, HUTAPEA, LUMBAN TOBING, MISMIS.

Keturunan TOGA NAIPOSPOS melahirkan marga dan marga cabang berikut :

a. MARBUN, LUMBAN BATU, BANJARNAHOR, LUMBAN GAOL, MEHA, MUNGKUR, SARAAN.

b. SIBAGARIANG, HUTAURUK, SIMANUNGKALIT, SITUMEANG.

***

DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)

Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga). Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut :

"Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;

Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan"

artinya :

"Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput;

Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji"

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah :

a. MARBUN dengan SIHOTANG.

b. PANJAITAN dengan MANULLANG.

c. TAMPUBOLON dengan SITOMPUL.

d. SITORUS dengan HUTAJULU - HUTAHAEAN - ARUAN.

e. NAHAMPUN dengan SITUMORANG.

(Disadur dari buku "Kamus Budaya Batak Toba" karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987.)

***

CATATAN TAMBAHAN

1. Selain PANE, marga-marga cabang lainnya dari SITORUS adalah BOLTOK dan DORI.

2. Marga-marga PANJAITAN, SILITONGA, SIANIPAR, SIAGIAN, dan PARDOSI tergabung dalan suatu punguan (perkumpulan) yang bernama TUAN DIBANGARNA. Menurut yang saya ketahui, dahulu antar seluruh marga TUAN DIBANGARNA ini tidak boleh saling kawin. Tetapi entah kapan ada perjanjian khusus antara marga SIAGIAN dan PANJAITAN, bahwa sejak saat itu antar mereka (kedua marga itu) boleh saling kawin. Contohnya adalah kedua orangtua dari Mama saya. Kakek saya (bapak dari Mama saya) marga Panjaitan (oleh karena itu Mama saya boru Panjaitan), sedangkan istrinya yaitu Nenek saya (mama dari Mama saya) boru Siagian.

3. Marga SIMORANGKIR adalah salah satu marga cabang dari PANGGABEAN. Marga-marga cabang lainnya adalah LUMBAN RATUS dan LUMBAN SIAGIAN.

4. Menurut keterangan dari Mama saya, marga PANJAITAN selain mempunyai ikatan janji (padan) dengan marga SIMANULLANG, juga dengan marga-marga SINAMBELA dan SIBUEA.

5. Marga SIMANJUNTAK terbagi 2, yaitu HORBOJOLO dan HORBOPUDI. Hubungan antara kedua marga cabang ini tidaklah harmonis alias bermusuhan selama bertahun-tahun, mungkin bahkan sampai sekarang.

6. Menurut keterangan dari salah seorang teman kost saya yang bernama Yan Laurens Tampubolon (Teknik Industri UPNVY ' 98), TAMPUBOLON mempunyai putra-putra yang bernama BARIMBING, SILAEN, dan si kembar LUMBAN ATAS & SIBULELE. Nama-nama dari mereka tersebut menjadi nama-nama marga cabang dari TAMPUBOLON (sebagaimana biasanya cara pemberian nama marga cabang pada marga-marga lainnya).

7. Pada umumnya, jika seorang mengatakan bahwa dia bermarga SIAGIAN, maka itu adalah SIAGIAN yang termasuk TUAN DIBANGARNA, bukan SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari SIREGAR ataupun LUMBAN SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari PANGGABEAN.

8. Marga SIREGAR, selain terdapat di suku Batak Toba, juga terdapat di suku Batak Angkola (Mandailing). Yang di Batak Toba biasa disebut "Siregar Utara" sedangkan yang di Batak Angkola (Mandailing) biasa disebut "Siregar Selatan". Teman kita Erwin Robert Elisa Ritonga (Agronomi UPNVY ' 91) termasuk Siregar Selatan alias Batak Angkola (Mandailing). Berkaitan dengan itu, gereja asalnya bukanlah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), melainkan GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola).

9. Marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, BARASA, NAHAMPUN, TUMANGGOR, ANGKAT, BINTANG, TINAMBUNAN, TINENDANG, BARUTU, HUTADIRI, MATANIARI, PADANG, SIHOTANG, dan SOLIN juga terdapat di suku Batak Pakpak (Dairi).

10. Di suku Batak Pakpak (Dairi) :

a. BUNUREA disebut juga BANUREA.

b. TUMANGGOR disebut juga TUMANGGER.

c. BARUTU disebut juga BERUTU.

d. HUTADIRI disebut juga KUDADIRI.

e. MATANIARI disebut juga MATAHARI.

f. SIHOTANG disebut juga SIKETANG.

11. Marga SEMBIRING MELIALA juga terdapat di suku Batak Karo. SEMBIRING adalah marga induknya, sedangkan MELIALA adalah salah satu marga cabangnya.

12. Marga DEPARI juga terdapat di suku Batak Karo. Marga tersebut juga merupakan salah satu marga cabang dari SEMBIRING.

13. Jangan keliru (bedakan) :

a. SITOHANG dengan SIHOTANG.

b. SIADARI dengan SIDARI.

c. BUTAR BUTAR dengan SIDABUTAR.

d. SARAGI (Batak Toba) dengan SARAGIH (Batak Simalungun).

14. Entah kebetulan atau barangkali memang ada kaitannya, marga LIMBONG juga terdapat di suku Toraja.

15. Marga PURBA juga terdapat di suku Batak Simalungun.

MARS PATAMBOR

MARS PATAMBOR





Raja Toga Manurung Ompu i
Luat Sibisa Huta sabunganna i
Raja na bonggal i, jala tarbarita
Gok dorbiana i Raja na jogi
Tona ni ompunta i Si Polin-polin i hot do i
Tongtong ma taingot i, si sada anak si sada boru i
Toga Manurung Sipolin-polin
Lam tu maju na ma pinompar ni
Masitungkolan ma, masianjuan ma
Rap taulahon ma tona na i

Raja Toga Manurung Ompu i
Boru ni Borbor do pardihutana i
Pinaribotna Si boru Miling-iling
Tolu anakna i Raja na jogi
Tona ni ompunta i Si Polin-polin ingot i
Burju tu boruna i tung mansai torop jala na basa
Si Hutagurgur, Si Hutagaol, Si Manoroni, anakna i
Udur tu dolok i, rap tu toruan L
Sai horas gabe ma hita sude

Raja Toga Manurung Ompu i
Pahompu ni Raja Nairasaon i
Raja Mangatur i Raja Mangarerak i
Amana i tahe panungkunan i
Tona ni ompunta i Si Polin-polin i jaga be
Tongtong taulahon i di paradatan ganup ari pe
Toga Manurung Sipolin-polin
Lam tu sangapna ma, pinomparmi
lam tu toropna ma lam morana ma
Sai horas gabe ma hita sude.